Warna krisan cukup beragam |
Jenis bunga potong dan bunga pot yang banyak digunakan salah satunya Krisan (Chrysanthemum sp). Tanaman ini termasuk sektor komoditas florikultura yang bernilai ekonomi tinggi dan berprospek.
Dalam perkembangan usahanya ada dua macam tipe budidaya yang dilakukan petani yaitu budidaya krisan untuk bunga potong dan untuk tanaman pot. Keduanya sama-sama memberikan keuntungan yang lumayan bagi petani.
Dibutuhkan untuk bunga pot dan potong |
Menurut Mohammad Shodiqin petani bunga krisan di desa Sidomulyo Batu, Jawa Timur, pemasaran krisan relative tidak ada masalah dan kesulitan berarti. Permintaanya selalu ada, hanya harga di tingkat petani terkadang turun naik.
Makin Luas Makin Efisien dan Untung
Mohammad Shodiqin menjelaskan tidak terlalu sulit membuka usaha budidaya krisan, dengan lahan hanya 200 m2 bisa untuk memulai usaha baik yang potong maupun yang dalam pot. ”Tapi skala ekonomi yang bagus yang luas karena bisa lebih efisien dan menguntungkan,” jelas petani yang kini memiliki 3 green house krisan di lahan 2500 m2 ini.
Budidaya krisan bisa di lahan kecil |
Perikat terdiri dari 10 tangkai krisan yang dijual dengan harga Rp. 12 ribu Rp. 15 ribu ke pedagang atau pengumpul krisan. ”Saya tidak mau repot seperti awal membuka usaha yang harus memasarkan sendiri, sekarang bagi-bagi rejeki dengan yang lain,” ucapnya.
Ia membudidayakan sekitar 100.000 tanaman yang bisa menghasilkan sekitar 300 ribu tankai krisan tipe standard dalam satu musim. Perhitungan dalam dalam satu tanaman menghasilkan 3 sampai 4 tangkai krisan.
Selama satu musim tanam dilakukan 3 kali pemanenan setiap 1 minggu sekali. “Tentu akan semakin menguntungkan bila lahannya lebih luas dan efisien, namun modal usahanya juga besar. Modal ini juga perlu jadi pertimbangan,” katanya.
Perhitungan sederhana juga dilakukan oleh Asep Hermawan petani tanaman krisan dalam pot di di Desa Nyalindung, Cugenang, Cainjur Jawa Barat. Untuk lahan seluas 300 meter persegi hanya bisa menanam sebanyak 6.000 pot krisan. Modal yang dikeluarkan sekitar Rp. 45 juta.
Dalam menjalankan usahanya, Asep mampu menjual tanamannya per bulan 2000 pot ke pedagang tanaman hias dan juga untuk kebutuhan taman. Sementara itu harga jual tanamannya dipatok Rp. 10.000 per polybag atau pot. “Harga untuk lanskaper biasanya berbeda dan lebih mahal Rp.1000 sampai Rp. 1500 karena belinya cuma sedikit, berbeda dengan penjual tanaman hias yang setiap bulan selalu membeli,” jelasnya.
Sama-Sama Menguntungkan
Krisan bisa bertahan 1 minggu Foto-foto : Tri Mardi Rasa |
Untuk memperoleh pendapatan yang lebih bagus, petani harus mengikuti permintaan pasar dan pasokan dari sesama petani bunga krisan dari daerah lainnya. Namun usaha krisan baik yang potong maupun dalam pot sama sama menguntungkan jika dikelola dengan baik dan benar.
Kedua jenis usaha budidaya ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Krisan potong biasa dibutuhkan untuk acara-acara ceremonial, perangkaian dan kebutuhan lainnya. Sedangkan untuk bunga krisan pot diminati pembeli untuk menghiasi taman dan rumah.
Bunga krisan pot, bunganya lebih tahan lama karena akarnya tak tercabut, mudah dipindahkan sesuai keinginan. Namun krisan pot juga memiliki kekurangan yaitu, lebih berat karena ada potnya dan repot untuk memindahkannya.
Sedangkan untuk krisan bunga potong, warna bunganya bisa dikombinasi dari beberapa jenis, bisa dirangkai sebagai bucket bunga dan lebih ringan membawanya. Kekurangannya tidak tahan lama, lebih cepat rontok atau rusak bunganya jika tidak ditangani hati hati.
Tri Mardi Rasa
Prakiraan analisis usaha budidaya tanaman bunga krisan potong seluas 2.500 meter persegi berdasarkan beberapa narasumber dan sudah diolah.
Biaya produksiSewa lahan 1 tahun Rp. 3.500.000,- ( 3 kali musim tanam)
Bibit : 100.000 batang @ Rp. 750,- = Rp. 75.000.000
Pupuk, kapur dan Pestisida
- Pupuk kandang : 15.000 kg @ Rp. 1100,- = Rp. 16.500.000,-
- Urea : 2075 kg @ Rp. 1.800,- = Rp. 3.735.000,-
- ZA : 2300 kg @ Rp. 1.400,- = Rp. 3.220.000,-
- SP-36 : 265 kg @ Rp. 2.000,- = Rp. 530.000,-
- KCl : 70 kg @ Rp. 6000,- = Rp. 420.000,-
- KNO3 : 1200 kg @ Rp. 22.000,- = Rp. 26.400.000,-
- Kapur pertanian : 1000 kg @ Rp. 100,- = Rp. 100.000,-
- Pestisida : Rp. 1.500.000,-
Bibit : 100.000 batang @ Rp. 750,- = Rp. 75.000.000
Pupuk, kapur dan Pestisida
- Pupuk kandang : 15.000 kg @ Rp. 1100,- = Rp. 16.500.000,-
- Urea : 2075 kg @ Rp. 1.800,- = Rp. 3.735.000,-
- ZA : 2300 kg @ Rp. 1.400,- = Rp. 3.220.000,-
- SP-36 : 265 kg @ Rp. 2.000,- = Rp. 530.000,-
- KCl : 70 kg @ Rp. 6000,- = Rp. 420.000,-
- KNO3 : 1200 kg @ Rp. 22.000,- = Rp. 26.400.000,-
- Kapur pertanian : 1000 kg @ Rp. 100,- = Rp. 100.000,-
- Pestisida : Rp. 1.500.000,-
Biaya tenaga kerja- Penyiapan lahan 25 HKP @ Rp. 50.000,- = Rp. 1.250.000,-
- Pemupukan 10 HKP + 20 HKW (@Rp.40.000) = Rp. 500.000,- + Rp. 800.000,- = Rp. 1.300.000,-
- Penanaman 5 HKP + 50 HKW = Rp. 250.000,- + Rp. 2.000.000 = Rp.2.250.000,-
- Pemeliharaan 5 HKP + 100 HKW = Rp. 250.000 + Rp. 4.000.000 = Rp. 4.250.000,-
- Pemupukan 10 HKP + 20 HKW (@Rp.40.000) = Rp. 500.000,- + Rp. 800.000,- = Rp. 1.300.000,-
- Penanaman 5 HKP + 50 HKW = Rp. 250.000,- + Rp. 2.000.000 = Rp.2.250.000,-
- Pemeliharaan 5 HKP + 100 HKW = Rp. 250.000 + Rp. 4.000.000 = Rp. 4.250.000,-
Biaya lain-lain (pajak, iuran, alat) Rp. 1.500.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 141.455.000,-
Pendapatan 300.000 tangkai (30.000 ikat) x Rp. 9.000,- (harga pengepul) = Rp. 270.000.000,
Keuntungan Rp. 270.000.000,- - Rp. 141.455.000,- = 128.545.000
No comments:
Post a Comment